Alhamdulillah sejak mengenal Sunnah, Umma jadi makin paham apa itu tahun baru dan bagaimana kita sebagai seorang muslim menyikapi akan kehadiran tahun baru. Tak ada tahun baru sesuai Sunnah.
Apa Sih Tahun Baru?
Tahun baru dimaknai sebagai pergantian tahun. Peralihan waktu dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya. Dalam Islam sendiri pergantian tahun dimulai dari Muharram ke Muharram. Sementara dalam kalender Masehi pergantian tahun dimulai dari Januari ke Januari.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam sendiri tidak pernah merayakan tahun baru, tidak ada yang spesial.
Tak ada satupun riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah merayakan tahun baru nasrani apalagi tahun baru Islam. Tidak pernah sama sekali.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)
Sangat jelas bagi kita sebagai muslim untuk tidak melakukan perayaan tahun baru apapun baik Islam maupun tahun baru agama Nasrani.
Cara Muslim Menyikapi Tahun Baru
Tak ada yang spesial atau pengkhususan menyambut datangnya tahun baru. Semua umat muslim sejatinya harus mengetahui kebenaran ini dan bisa menghujamkan dalam dada. "Tidak Ada Acara Khusus Di Pergantian Tahun Apapun Baik Masehi Maupun Hijriyah".
Sudah jelas sekali Rasulullah mengatakan barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.
Tahukah dalam tahun baru Masehi dimana perayaannya bagian dari ritual kaum Nasrani. Kalau kita baca sejarahnya dan Umma kutip dari Wikipedia menjelaskan bahwa tahun Masehi baru dihitung dan ditetapkan sejak kelahiran Isa Al-Masih dari Nazaret, yang mulai diadopsi di Eropa Barat pada sekitar abad ke-8. Sejak itu lah setiap tanggal 31 Desember malam akan dilakukan malam pergantian tahun baru dengan segala perayaan yang dilakukan negara-negara di seluruh belahan dunia.
Sangat jelas perayaan ini sebuah budaya Nasrani dalam merayakan pergantian tahun. Kemudian euforia ini juga diikuti oleh banyak manusia di muka bumi tanpa memandang agama. Semua ikut merayakan dengan segala gegap gempitanya, termasuk muslim. Apa yang akan kita katakan pada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam kelak saat Rasul mempertanyakan keikutsertaan kita (umat Islam) pada perayaan yang tidak pernah Rasulullah amalkan bahkan sahabat?
Tahun Baru bagi Umma: Tak Ada Tahun Baru Sesuai Sunnah
Yup, alhamdulillah tak ada lagi euforia tahun baru bagi Umma. Sejak mengenal Sunnah 11 tahun lalu. Saat tahun baru tiba, Allah berikan kemudahan untuk tidur dan tidak terganggu dengan suara bising di luar rumah. Tahun baru tidak ada yang spesial. Seperti hari-hari lainnya, bangun pagi, shalat subuh, bersemangat menjalani hari dan menjemput keberkahan dan keridhaan Allah.
Ya, kalau bilang tahun baru. Hanya sekedar pergantian tanggal untuk mengurusi urusan-urusan dunia saja. Seperti awal dimulainya pencatatan keuangan baru jika berpatokan pada kalender Masehi.
Ya begitulah harusnya sebagai muslim bersikap. Tidak menjadikan pergantian tahun baru baik Masehi maupun Hijriyah sebagai salah satu yang spesial. Lalu kemudian merayakannya dengan penuh suka cita. Menyalakan kembang api, kumpul -kumpul hingga larut malam kemudian tertinggal sholat malam dan sholat subuh, ikhtilat laki-laki dan perempuan. Sungguh Rasulullah tidak pernah merayakan pergantian tahun dan para sahabat Rasulullah juga tidak ada yang merayakannya. Lalu siapa yang kita teladani? Wallahu'alam Bishawab.
Referensi Hadits: https://rumaysho.com/3076-mengikuti-gaya-orang-kafir-tasyabbuh.html
Posting Komentar