Buku favorit paling memorable. Ah, Umma mulai berpikir panjang tentang deretan buku yang dibaca. Senyum-senyum sendiri karena sejak jadi istri dan ibu bagi anak-anak tak banyak lagi buku yang dibaca. Sementara waktu gadis banyakan baca komik dan novel-novel doang. Sambil mikir panjang.
Kembali memutar kenangan beberapa tahun ini, tentang buku yang selalu ada di kasur, tas bahkan kemana-mana. Buku yang selalu diulang-ulang dibaca hanya ibunda Para Ulama.
Secara emak butuh alarm setiap kali melenceng dari kodrat sebagai seorang ibu.
Buku Favorit Paling Memorable: Ibunda Para Ulama Motivasi Para Ummahat
Ah, siapa yang kadang bosan menjalani aktifitas sebagai seorang ibu. Saya salah satunya. Kadang tergiur ingin kumpul-kumpul dengan teman-teman, kerja kantoran, pergi sana sini, tidak usah gendong anak, bebas kemana saja dan hal bebas lainnya. Astagfirullah.
Di saat kebaperan seorang Umma ini membuat diri kadang berpikir jauh di luar hal yang sedang diperani. Tapi kadang Umma membiarkan pikiran tersebut sejenak kemudian menasehati diri untuk kembali pada fitrah sebagai seorang perempuan.
Fitrah yang tak bisa ditawar dan balasannya surga. Betapa mudahnya seorang perempuan menikah mendapatkan surga dari Allah bahkan bisa memilih mau masuk dari pintu mana saja. Tapi karena kecintaan dunia yang berlebih membuat kita kadang sering tergiur untuk melakukan hal-hal lain diluar prioritas. Ah jadi curhat deh Umma.
Balik lagi pada buku favorit paling memorable ya Ibunda Para Ulama yang ditulis oleh Sufyan bin Fuad Baswedan MA Hafidzahullah dan diterbitkan oleh Pustaka Al Inabah. Buku yang memiliki halaman 302 ini memuat 17 sosok para ibunda para ulama sejak Anas bin Malik radhiallahuanhu hingga ulama salaf pada masa sekarang.
Tulisan yang paling tidak bisa dilupakan adalah pada bagian sampul buku ini.
"Jangan hanya bercerita tentang kecerdasan Imam Syafi'i, kealiman Sufyan Ats Tsauri, kezuhudan Hasan Al Bashri, dan kesabaran Anas bin Malik,
tapi bacalah...
Bagaimana ibunda mereka!"
Kalimat luar biasa yang membuat Umma mungkin juga para bunda berpikir bagaimana peran seorang ibu dalam melahirkan sosok ulama yang berpengaruh bagi agama mereka.
Masya Allah.
Buku ini selalu jadi istimewa karena kita bisa meneladani Ibunda Anas bin Malik, Urwah bin Zubair, Imam Syafi'i, Umar bin Abdul Aziz dan ibunda Syaikh bin Baz.
Bagaimana para ibunda ini benar-benar mendedikasikan diri mereka sepenuhnya untuk anak-anak mereka. Berkorban waktu, kedisiplinan, perasaan agar bisa mendidik anaknya hingga menjadi sosok yang cinta ilmu hingga tidak bisa lepas lisannya dari perkataan tentang Allah dan tengah Rasulullah.
Bagaimana hari-hari ulama ini akhirnya senantiasa pada dakwah mengajak kepada ketauhidan kalau bukan hasil kerja keras sang ibunda. Bacalah buku ini maka teman-teman juga akan merasakan motivasi yang besar untuk selalu konsisten dalam perannya sebagai seorang ibu bagi anak-anak.
Umma merasakan sekali saat futur ketika membaca kisah ibunya Imam Syafi'i yang bersungguh-sungguh agar Imam Syafi'i menjadi penuntut ilmu.
Dituliskan dalam buku tersebut bahwa "Imam Syafi'i lahir di Gaza (Palestina) tahun 150 H sebagai anak yatim. Ayahnya yang bernama Idris wafat di usia muda, karenanya asy-Syafi'i dibesarkan dan diasuh oleh ibunya; Fathimah binti Ubeidillah. Beliau menuturkan: "Aku lahir sebagai anak yatim dalam asuhan ibuku. Ibu tak memiliki uang sedikit pun yang bisa diberikan kepada guruku. Sebagai gantinya aku harus mengurus anak-anak didiknya ketika ia absen, dan meringankan sebagian tugasnya. Seringkali aku harus mencari potongan-potongan tulang sebagai media tulis-menulis..."
Membaca kisah ibunda pada ulama tersebut membuat Umma bukanlah siapa-siapa. Tapi butuh teladan agar tetap konsisten dalam menjalani peran sebagai seorang ibu.
Buku ini tidak pernah bosan untuk dibaca. Setiap lembarnya berisi kisah perjalanan para ibunda hingga anaknya menjadi alim ulama.
Istimewa buku ini bagi Umma adalah karena berisi sosok teladan yang membuat kita ingin terus konsisten dalam mengambil peran sebagai seorang ibu. Meskipun pada akhirnya nanti anak-anak kita tidak akan menjadi ulama besarpun. Tetapi tugas kita mendidik mereka pada Ketauhidan dan bagaimana kita bisa memotivasi anak-anak mencintai ilmu.
Karena sebelum kita beramal kita harus tahu ilmunya. Ilmu ini tentu saja berasal dari Qur'an dan Sunnah bukan berasal kepada akal manusia.
Ilmu penting kita pelajari adalah ilmu agama, ilmu yang membawa kita pada tujuan akhir kita sebagai hamba Allah yaitu surga.
تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِ}
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku menunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn. Itulah kemenangan yang besar. Dan (ada lagi) hadiah yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (QS As Saf 10-12)
Ya sekian cerita Umma tentang buku favorit paling memorable sampai saat ini adalah Ibunda Para Ulama. Kalau ada kesempatan para bunda, orang tua atau calon orang tua bisa membaca buku ini. Oh ya kalau teman-teman apa nih buku favorit paling dikenang sepanjang masa? Sharing ya di kolom komentar.
Posting Komentar